Pendahuluan
Cina
merupakan negara besar dengan luas daratan 9.600.000
kilometer persegi dan memilikijumlah
penduduk terbanyak di dunia dengan angka ±1.339.000.000 jiwa. Luasnya
wilayah Cina memberikan potensi sumber daya yang sangat besar serta berperan
penting dalam menunjang kemajuan kehidupan sosial di Cina. Namun dengan luas
dan jumlah penduduk yang besar tersebut juga menimbulkan konflik sosial maupun
politik di dalamnya.
Sebagai contoh adalah permasalahan domestik dan sosial antara Cina dan Tibet. Selain itu juga permasalahan politis antara Cina dan Taiwan. Bahasan kali ini akan berfokus pada analisa sistem politik domestik Cina, hubungan antara Cina dan Taiwan serta hubungan antara Cina dan Tibet.
Sebagai contoh adalah permasalahan domestik dan sosial antara Cina dan Tibet. Selain itu juga permasalahan politis antara Cina dan Taiwan. Bahasan kali ini akan berfokus pada analisa sistem politik domestik Cina, hubungan antara Cina dan Taiwan serta hubungan antara Cina dan Tibet.
Tujuan
Mahasiswa mampu untuk memahami dan menjelaskan mengenai
sistem politik domestik Cina. Dengan pemahaman tersebut maka diharapkan mampu
menjelaskan hubungan antara Cina-Taiwan dan Cina-Tibet.
Politik
Domestik Cina : Struktur dan Sistem
Sistem
politik domestik yang berlaku di Cina secara konseptual banyak dipengaruhi
pemikiran konfusianisme dan menjadi doktrin ortodok dalam negara imperial yang
mendominasi kehidupan politik dan ekonomi di Cina. Pengaruh konfusian ini
terlihat dari birokrasi Cina yang menekankan pada kompetensi, mutu dan
profesionalisme dalam rekruitmennya (Wang, 1997:21). Di sisi lain, politik domestik Cina juga mengambil ide-ide dari ajaran
Marxisme Leninisme. Penggunaan ajaran Marxisme Lenin digunakan semenjak tahun
1949, dan berdasarkan ajaran ini sistem pemerintahan Cina tersentralisasi di
tangan pemerintah pusat. Negara didominasi oleh partai tunggal Cina yaitu
Partai Komunis Cina (Chinese Communist
Party), partai inilah yang secara umum menjalankan pemerintahan dan
memiliki pengaruh yang sangat kuat karena merupakan kekuatan partai tunggal
dalam pemerintahan Cina. Lalu bagaimana dengan struktur institusi negara di
Cina, “The main organs of state power are
the National People's Congress (NPC), the State Council, and the President.”
(Ryser,2007). Kedudukan tertinggi ada pada National
People's Congress (NPC) atau Kongres Rakyat Nasional, dalam kongres yang
diadakan satu tahun sekali ini, akan ditentukan peraturan pemerintah,
undang-undang, menolak atau menerima rencana anggaran pembelanjaan negara yang
diajukan, dan juga memilih presiden dari Cina. Presiden dalam pemerintahan Cina
menjabat sebagai kepala negara, ia memiliki kewenangan untuk mengatur politik
luar negeri, Presiden memiliki pengaruh yang besar seperti yang dijelaskan oleh
Ryser ,”However, since the president
usually holds other key positions within the state institutions and the CCP, he
possesses immense power” (Cabestan 1994: 76 dalam Ryser,
2007). Dan untuk badan eksekutif dari sistem politik Cina dilakukan oleh State Council atau Dewan Negara yang
akan menyusun badan legislatif yang akan diajukan kepada Kongres Rakyat
Nasional dan mengatur mengenai perihal administrasi negara secara general.
Sistem
politik yang dimiliki Cina bergantung kepada struktur politik berupa fundamental
lawsserta regulasi yang diimplementasikan di
Cina. Hukum dasar konstitusi Cina diadaptasi dari implementasi 5th Session of the fiftth National People’s
Congress pada 4 December 1982. Amandemen ini dilengkapi pada masing –
masing konsitusi antara lain Kongres Nasional sesi pertama, 12 April 1988.
Dilanjutkan pada The First Session of the
Eighth National People’s Congress pada 29 Maret 1993 dan The Second Session of the ninth National
People’s Congress pada 15 Maret 1999.
Kebijakan Cina
: One Cina Policy
Kebijakan One Cina Policy ini merupakan strategi dari
pemerintah Cina terkait dengan potensi terpisahnya wilayah-wilayah terluar dari
negaranya, terutama wilayah-wilayah yang memiliki hubungan tertentu dengan
negara lain serta wilayah dengan karakteristik dan kapabilitas tertentu.
Kebijakan ini berisi tentang kehendak pemerintah Cina yang memberikan
kewenangan atau otonomi daerah namun daerah tersebut tetap menjadi bagian dari
satu negara Cina dan berpusat pada pemerintah sentral. Tujuan dari pemerintah
Cina sendiri sebenarnya adalah untuk menjaga keutuhan wilayahnya. Namun di sisi
lain, dalam implementasi kebijakan tersebut rupanya pemerintah Cina melakukan
hal-hal yang tidak disukai oleh masyarakat di kawasan otonom tersebut. Hal ini
kemudian menimbulkan konflik antara pemerintah Cina dengan kawasan-kawasan
otonom tersebut. Salah satu konflik yang terjadi akibat kebijakan ini adalah
permasalahan antara Cina-Tibet serta Cina-Taiwan.
Hubungan
Cina-Tibet : Permasalahan Historis
Tibet adalah salah satu daerah di Cina dengan mayoritas
penduduknya memeluk agama Buddha, oleh karena itu masyarakat Tibet banyak yang
menjadi biksu. Selain itu, Tibet merupakan wilayah yang terkenal akan
religiusitas dan kebudayaannya. Pemimpin dari wilayah Tibet dikenal dengan
sebutan Dalai Lama.
Hubungan
antara Tibet dan Cina sejak lama mengalami naik turun. Pada masa dinasti Tang (618-907 M).
Tibet masuk menjadi bagian dari negara Cina yang kemudian menjadi penghubung
bagi Cina dengan India dan Timur Tengah. Di sisi lain, pengaruh nilai Konfusianisme yang dimiliki Cina
telah memberikan pemahaman cara pandang yang kemudian berakulturasi dengan
pemahaman Budhisme
di Tibet. Hubungan itu kemudian diteruskan dengan pengiriman tenaga ahli dalam berbagai
bidang, misalnya kesehatan, pendidikan, dan pertanian. Selain itu, terjadi
pernikahan aliansi, yaitu pada tahun 640 M, Raja Tibet Songtsan Gampo menikah
dengan putri WenZheng
dari kerajaan dinasti Tang. Kemunculan separatism sekaligus penanda pergolakan
pemisahan diri antara Tibet dan Cina ketika Gendun Gyatso sebagai pemimpin Gelug Yellow Hat sebagai aliran yang dominan di Tibet yang kemudian
disebut Dalai lama pertama pada 1543-1588.
Tibet
masih berusaha melepaskan diri dari Cina melalui gerakan dalai lamanya hingga abad
ke-19. Akan tetapi ketika tahun 1950
tentara People’s Liberation Armymenyerang
Tibet. Mao Zedong mengambil alih dan mengintegrasikan Tibet ke Cina. Disusul
kemudian 1959 Tibet dihancurkan dan dalai lama diasingkan. Mulai sejak 1950an
tersebut maka Tibet kembali dalam otoritas Cina walaupun masih tetap
memperjuangkan independennya. Pemerintah Cina meningkatkan infrastruktur
transportasi di Tibet dan juga ekonomi Tibet telah tumbuh dan diversifikasi.
Namun sejak dicanangkan program pembangunan Cina Barat yang menempatkan
masyarakat Han ke Tibet Dominasi pemerintahan Cina ke Tibet terus bertamba
melalui pendudukan fungsi-fungsi pemerintah oleh orang-orang Han.
Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Dalai Lama
menggunakan cara middle way yang
menjadi ciri khas dari perjuangannya. Ia menyatakan bahwa masyarakat Tibet
tidak mencari kemerdekaan namun mengusahakan kewenangan yang berarti bagi
masyarakat Tibet. Dalai Lama memiliki pengaruh yang kuat, bahkan ia dianggap
sebagai kunci utama bagi pemerintah Cina untuk membuka pintu masyarakat Tibet
agar mau bergabung dengan pemerintah Cina. “Controversy over the
role of the Dalai Lama and the impact of PRC control on Tibet’s language,
culture, and religion have prompted recurring actions by Congress in support of
Tibet’s traditions-actions routinely denounced by Beijing” (Dambaugh,2008).
Dalam
kasus ini, Kongres Amerika Serikat memberikan dukungan pada Tibet. Hal-hal yang
menjadi pergesekan antara pemerintah Cina dan Tibet selain mengenai budaya dan agama
adalah adanya perbedaan pendapat mengenai status Panchen Lama ke-11 dan hukum
reinkarnasi. Salah satu usaha dari pemerintah Cina untuk mencegah Tibet untuk
merdeka adalah dengan memberikan pendidikan patriotik agar masyarakat Tibet
akan terbuka pemikirannya untuk berada dalam satu ikatan Republik Rakyat Cina,
selain itu pemerintah Cina juga melakukan pengembangan ekonomi di Tibet
sehingga standard kehidupan di Tibet naik, namun masyarakat Tibet asli tidak
dapat memenuhi biaya hidup ini, dan hanya etnis Han yang tinggal di Tibet saja
yang dapat memenuhinya. Sudah 700 tahun yang lalu, Cina menyatakan bahwa Tibet
merupakan bagian dari Cina baik secara geografi maupun politik, namun Tibet
menolak karena mereka menganggap bahwa Tibet merupakan negara yang merdeka.
Dalam konflik ini, Amerika Serikat ikut membantu penyelesaiannya, hal ini
dilakukan oleh Amerika Serikat semenjak terjadi normalisasi hubungan antara
Cina dan Amerika Serikat pada tahun 1979. Namun permasalahan antara Cina dan
Tibet ini masih sangat sulit untuk menemukan kata sepakat, hingga pada tahun
2008 terjadi demo besar-besaran dari masyarakat Tibet.
Hubungan
Cina-Taiwan : Ketegangan Politik
Taiwan telah memiliki peraturan yang terpisah dengan
pemerintah pusat Cina sejak tahun 1949. Taiwan adalah sebuah daerah di Cina
yang berusaha untuk memerdekakan diri dari kesatuan pemerintahan pusat Republik
Rakyat Cina, sehingga Taiwan memilih untuk memiliki pemerintahan yang berdiri
sendiri. Sebenarnya pemerintah pusat Cina mengizinkannya namun dengan syarat
pemerintah pusat tetap memiliki kontrol terhadap Taiwan, atau dengan kata lain
memberikan otonomi daerah kepada Taiwan. Namun Taiwan bersikeras untuk
melepaskan diri dari Cina dan menginginkan berdiri sendiri sebagai sebuah
negara merdeka. Di sisi lain, Taiwan juga menjadi tempat pelarian dari Chiang
Kai Shek dan kelompok nasionalis Cina yang kalah dengan Partai Komunis Cina.
Saat ini Taiwan sendiri menggunakan bentuk sistem super-presidensial, dimana
presiden yang dipilih oleh rakyat memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk
mengatur politik luar negeri dan domestik Taiwan.
Hubungan antara Cina dan Taiwan memiliki hubungan yang
fluktuatif. Arthur S. Ding (2008) menjelaskan Di Taiwan terdapat dua
partai utama yaitu Partai Kuomintang (KMT) dan Democrat Progresive Party (DPP). DPP merupakan partai yang jauh
lebih tegas dan cenderung radikal serta sangat mengusahakan kemerdekaan Taiwan
yang seutuhnya. DPP ini biasanya menjadi dominasi dalam pemerintahan Taiwan,
namun pada tahun 2008 partai KMT berhasil memikat perhatian rakyat Taiwan
dibandingkan dengan DPP. Partai KMT adalah partai yang lebih memilih untuk
kooperatif dengan pemerintah pusat Cina dibandingkan dengan DPP, sehingga
semenjak adanya dominasi dari partai KMT, membuat pemerintah Cina lebih mudah untuk
bekerjasama dengan Taiwan dan memudahkan pemerintah untuk mewujudkan
kepentingannya, yaitu membentuk One Cina.
Hal yang menyebabkan partai KMT menjadi lebih didominasi adalah karena ,”The voters have made clear they are fed up
with DPP’s manipulation of social cleavage along the lines of independence
(Taiwanese) versus pro-unification (Chinese) in order to garner political
support” (Ding, 2008:97). Adanya kejenuhan ini membawa Taiwan merubah
bentuk diplomasinya, dari diplomasi konfrontasi menjadi pendekatan yang
ditandai oleh moderasi serta langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan antara
Cina dan Taiwan.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
melihat sistem politik domestik dari Cina, maka diketahui adanya kebijakan One
Cina yang menjadi upaya pemerintah Cina untuk mempertahankan keutuhan
wilayahnya. Namun, permasalahan hubungan antara Cina-Taiwan maupun Cina-Tibet
merupakan bukti bahwa implementasi kebijakan pemerintah Cina tersebut tidak
berjalan sesuai dengan harapan. Walaupun begitu, setiap permasalahan tersebut
memiliki latar belakang yang berbeda. Dengan melihat latar belakang tersebut
kemudian dipahami mengapa kedua wilayah tersebut bermasalah dengan kebijakan
pemerintah Cina.
Kata Kunci
One China Policy, otonomi daerah, Suksesi Taiwan, middle
way, Dalai Lama
Guiding
Questions
- Jelaskan sistem politik domestik di China! Bagaimana kebijakan pemerintah China terkait Taiwan dan Tibet ?
- Jelaskan tentang hubungan politik antara China dan Taiwan!
- Jelaskan tentang hubungan politik antara China dan Tibet!
Daftar Pustaka
Buku
Dambaugh, Kerry. 2008. “Tibet: Problems, Prospects, and
US Policy” dalam CSR Report For
Congress
Ding, Arthur S. 2008. “Whiter Taiwan-China Relations?”
dalam China Security,Vol.4, No.1
Winter 2008. World Security Institute
Wang,
James C. F. 1997. Comparative Asian
Politics. New Jersey: Prentice Hall
0 comments:
Post a Comment