.

Monday, November 19, 2012

Semantik, Apa Itu?

R.D.K holdings S.A

Semantik dalam bahasa Inggris disebut semantics. Sedangkan dalam bahasa Perancis disebut semantique.Istilah lain yang muncul sebelum istilah semantikitu bereksistensi adalah semiotika, semiologi, semasiologi, sementik, dansemik.

Istilah semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya semaino yang berarti ‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Abdul Chaer (1990;2) memberikan gambaran pengertian mengenai semantik sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa dengan kata lain dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti Verhaar (1979;124) menyatakan bahwa semantik berarti teori makna atau teori arti.

Semantik sebenarnya merupakan bagian dari semiotika, yakni ilmu yang mempelajari makna tanda atau lambing pada umumnya, termasuk didalamnya tanda-tanda lalu lontas, kode morse, tanda-tanda dalam ilmu matematika, dan sebagainya. Semantik sebagai bagian dari semiotika juga mempelajari makna tanda atau lambang, yaitu makna tanda atau lambang linguistik atau bahasa. Makna yang dimaksudkan disini hanyalah makna yang berkaitan dengan bahasa sebagai alat komunikasi verbal.

Bagaimana dengan bahasa bunga, bahasa warna, dan bahasa perangko? Bahasa- bahasa tersebut hanyalah lambang yang dituliskan bukan dari tanda linguistik atau dengan kata lain tidak termasuk sistem tanda bunyi bahasa. Jadi, buyikan sesuatu yang lingual atau persoalan lingual. Oleh karena itu, tidak termasuk kedalam kajian bahasa atau semantik.

Sejarah Semantik

Dalam studi linguistik, bidang semantik semula agak ditelantarkan. Tetapi bukan tidak ada kegiatan sama sekali. Pada perkembangan yang paling awal seorang filsuf Yunani, yaitu Aristoteles (384 – 322 SM) menggunakan istilah makna untuk mendefinisikan kata. Menurutnya, kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Kata memiliki dua macaam makna, yaitu makna yang hadir sebagai akibat terjadinya proses gramatika (makna gramatikal).

Sarjana Yunani lainnya, yaitu plato (429 – 347 SM), yang juga guru Aristoteles, dalam tulisannya Cratylus menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Namun, yang perlu disesalkan adalah bahwa saat itu studi tentang bunyi bahasa, gramatika, dan khusunya makna, belum ada. Yang ada barulah studi bahasa yang berkaitan dengan filsafat.

Antara kedua sarjana Yunani ada perbedaan pendapat mengenai pengertian kata. Plato percaya adanya hubungan berarti antara kata (bunyi-bunyi bahasa) yang kita pakai dengan barang-barang yang dinamainya. Ini berbeda dengan pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa hubungan antara bentuk dan arti kata adalah soal perjanjian atau konvensi diantara pemakai bahasa. Kedua pendapat diatas memang berbeda, namun sekarang tampaknya gejala pemakaian yang kedua cenderung lebih banyak.

Selanjutnya pada tahun 1825 seorang pakar klasik yang bernama C. Chr. Reisig mengemukakan konsep baru tentang gramatika yang menurutnya dibagi menjadi tiga, yaitu (1) semasiologi, yang mencakup studi tentang tanda; (2) sintaksis, studi tentang susunan kalimat; dan (3) etimologi, studi tentang asal-usul kata, perubahan bentuk kata, dan perubahan makna. Ia juga membagi perkembangan semantic atas tiga fase, yaitu (1) fase the underground period of semantics; (2) fase Michel breal; dan (3) fase Saussure.

Menjelang akhir abad XX, tahun 1897, muncul karya Michel breal yang dianggap merupakan masa munculnya istilah semantik. Dikatakan demikian karna ia menulis esai yang berjudul esaai de semantique science dessignifications. Masa inilah masa yang sangat penting bagi kelahiran istilah semantic sebagai cabang baru dalam linguistic karena sebelumnya belum pernah dibicarakan para ahli bahasa. Yang perlu diingat adalah bahwa pada masa ini studi semantic masih bersifat murni historis. Artinya, studi semantic waktu itu masih berkaitan dengan unsur-unsur diluar bahasa itu, seperti perubahan makna, latarbelakang perubahan makna, hubungan perubahan dengan logika, psikologi, dan bidang ilmu lainnya.

Ferdinand De Saussure yang sering-sering disebut sebagai Bapak Linguistik Modern atau Bapak Strukturalisme dalam bukunya Course De Linguistique Geneale (1916) berpendapat bahwa studi linguistik harus difokuskan pada keberadaan bahasa pada waktu tertentu. Pendekatannya bersifat sinkronis dan studinya bersifat deskriptif. Akibat pandangan ini kajian semantik menjadi berdiri : 
  1. Pandangan yang bersifat historis telah ditinggalkan karena pendekatannya bersifat sinkronis
  2. Studi struktur kosa kata mendapat perhatian yang lebih dalam
  3. Semantik dipengaruhi oleh stilistika
  4. Studi semantik diarahkan kepada bahas tertentu
  5. Dipelajari antara hubungan bahasa dan pikiran.

Ditulis Oleh : Unknown Hari: 11:50 PM Kategori:

0 comments:

Post a Comment

 
iNet Squared Ltd
Incubationer LTD